Kamis, 11 Oktober 2012

Long Distance Relationship :) ♥



       Lagi - lagi aku bertemu kembali dengan angka ini. Tepatnya tanggal 12. Dimana dulu setiap bulannya akan selalu ada perayaan kecil - kecilan tentang tanggal ini. Meski raga ini tak dapat bersama menjalani sebuah perayaan itu. Sampai detik ini pun raga ini tak kunjung juga bisa bersama saat melewati angka ini. Termasuk kisah yang bergulir didalamnya. Kisah yang harus berhenti ditengah jalan.
        Ini bisa dibilang sesuatu kekuatan cinta. Saat semua orang terbiasa dengan kebersamaan. Saat semua orang terbiasa dengan menjalani hari - harinya berdua. Saat semua orang tak hanya menjalani cinta melalui udara saja. Tapi saat itulah kami berdua mencoba kuat melawan semua rintangan yang ada. Dengan kekuatan cinta yang masing - masing kita miliki.
       Long Distance Relationship. Hubungan jarak jauh dimana kekuatan cinta diuji. Dimana hatimu mencoba kuat, saat melihat sepasang kekasih berduaan didepan matamu. Dimana bibirmu mencoba tersenyum disaat sepasang kekasih berfoto bersama dihadapanmu. Dan terutama dimana nafasmu mencoba tegar, saat menghela hembusan kerinduan yang sedang menyelimuti hatimu.
       Tetapi cinta membuat kebersamaan itu tetap terasa ada. Dunia sudah begitu canggih. Tak ada halangan yang bisa menghambat kisah cintamu selama hatimu masih kuat untuk melawan setiap rindu yang ada akan kebersamaan yang nyata. Bukan kebersamaan lewat telvon, bbm, sms, skypean saja. Selama kau masih kuat, jarak itupun hanya terlihat sebagai kerikil kecil yang sedang menghambat langkahmu.
        Tapi bagaimana caranya melawan jarak yang ada, apabila hati ini sering lagi tak sependapat ? Apabila  hati ini sering tersakiti dengan kata - kata yang begitu tabu terucap dari mulut seseorang yang melahirkan kekasih hatimu ? Apabila hati ini merasa tertahan saat sifatnya merajai semua kehidupanmu ? Bukannya kau masih punya kehidupan sendiri ? Bukannya hati dan batinmu masih inginkan kebahagiaan ? Tidakkah kau menyayangi kehidupan, hati dan batinmu itu ? Alasan itulah yang membuat hubungan dalam melawan jarak yang ada, tak mampu lagi untuk ku pertahankan.
         Bukan karena orang ketiga atau hal apapun itu. Tapi ini tentang kita. Masalah kita sendiri yang tak mampu untuk kita kendalikan. 
        Bagaimana aku tak sedih, jika membayangkan semua perjuangan cinta yang telah kau dan aku lakukan untuk mempertahankan hubungan ini ? Bagaimana air mata ini tak mengalir saat semua keadaan tak lagi berjalan seperti masa yang indah dulu ? Hati ini hanya mencoba kuat. Mencoba tertawa dan bahagia, mencoba untuk menghibur dirinya. Bukan untuk bermaksud membencimu atau melupakanmu seutuhnya. Karna kisah ini terlalu banyak cerita untuk ditinggalkan begitu saja.
         " Sudah tahu masalah yang sedang terjadi pada keluarga Saya ?" Kata - kata pertama yang aku ingat saat Bundanya menelvonku. Seolah - olah aku pembawa masalah dalam keluarga mereka. Masalah ini mungkin salah, tapi ini bukan akulah pemulanya. Dan tagihan telvon yang melunjak itupun aku tak tau, sampai akhirnya aku disalahkan begitu saja. Dia bilang itu adalah paket telvon. Dan aku sangat mempercayainya sampai akhirnya aku disalahkan atas kejadian itu.
         " Tenang saja biar aku yang atasin masalah ini. Sampai kapanpun aku nggak akan ngelepasin kamu. Aku akan tetap pertahanin hubungan kita. Aku akan selalu ada untuk kamu. Kamu harus kuat disana. Biar aku yang bicara nanti." Ujarnya berusaha untuk tenangkan aku dan yakinkan bahwa hubungan ini pasti akan baik baik saja.
           Berbulan - bulan aku selalu berusaha menahan dan menutupi rasa sakit yang membeluti hati hatiku hanya untuk mempertahankan hubungan ini agar terlihat biasa - biasa saja tanpa ada masalah. Banyak kata - kata yang terucap lagi dari mulut ibundanya yang cukup membuat air mataku terkuras begitu saja jika mengingatnya. Meski kadang didepannya aku hanya bisa berucap " Nggak ada apa - apa, aku biasa saja " dan selalu tetap tersenyum.
           Aku tahu, dia pun juga berjuang disana saat masalah itu mencoba menimpa kami. Tamparan yang mendarat di pipinya pun coba dia hadapi dengan kuat. Dan aku mengerti didikan keluarganya memang keras, maklum keluarga militer. 
            Bicara tentang cinta, tak akan pernah hilang dari kisah yang indah. Bagaimana saat pertemuan kami di Kota Metropolitan itu. Saat semuanya telah dia persiapkan untuk menyambut kedatanganku dari Padang. Bagaimana dia mejemputku dan berbaur dengan keluargaku untuk berliburan dan jalan - jalan mengitari kota Jakarta. Saat pesta pada sebuah cafe yang ditujukannya untuk menyambutku harus terpaksa di batalkan begitu saja karna aku tak bisa untuk menghadirinya.
           Hari itu aku dan keluargaku harus pergi ke Bandung untuk berkunjung ke keluarga disana. Dan akhirnya semua konsep acara yang sudah ia persiapkan untukku harus rela dibatalkan begitu saja. Aku cukup menyesal dalam kata maaf yang begitu mendalam untuknya. Tapi semua itu bisa berbalas dengan indah saat Pantai Ancol itu menjadi saksi cinta kita. Saat hempasan ombak menjadi saksi kalung cinta bukti keseriusannya yang dibaluti padaku. Saat dermaga cinta menjadi saksi foto kita berdua. 
         Dan perpisahan itu kembali pun tak mampu lagi dielakkan. Saat aku harus kembali ke kota asalku, Padang. Malam itu saat aku baru berangkat dari Bandung menuju Jakarta untuk segera pulang malamnya menuju pelabuhan Merak, saat itu juga dia kembali menemuiku untuk yang teakhir kalinya di Kota itu. Macet tak mampu dielakkan saat perjalanan Bandung menuju Jakarta. Dan itu cukup membuatnya harus menunggu beberapa jam lamanya dikediaman saudaraku di Jakarta. Hingga tepat pukul 11 malam lebih, aku baru menginjaki kaki lagi di Jakarta. Dan saat itulah, janji untuk tetap bersama setelah terpisah lagi terucap dari mulut kami. 
          " Janji ya Bei untuk tetap jaga cinta kita." ucapnya sambil memberikan kelingking kecilnya padaku.  Dan aku pun membalas janji itu, karena memang saat itu permasalahan belum ada dan tak serumit apa yang kini dihadapi.
          Malam yang cukup berat untuk kita lewati saat itu. Saat dia mulai kembali kerumahnya dengan Taksi yang sedari tadi setia menunggunya berjam - jam sampai tengah malam seperti itu. Entah berapa biaya yang dia keluarkan untuk menahan taksi itu sampai berjam - jam seperti itu. Entahlah.. biaya atas kerinduan ini nanti akan lebih berat nantinya jika raga ini kembali dipisahkan.
        Terlepas dari itu, hubungan kita tetap berjalan. Meski akhirnya bertemu dengan permasalahan dengan Bundanya setelahh itu. Namun kekuatan cinta itu, mampu kembali melewati setiap rintangan yang ada. Setiap bulan, tepatnya setiap tanggal 12, skypean selalu menanti kami untuk berhadapan kemabali. Bingkisan - bingkisan kejutan yang selalu datang dirumahku saat aku pulang kuliah. Lagu - lagu romantis yang diciptakannya langsung untukku. 
       Dan kado terindah boneka Bear saat aku memasuki usia ke 18. Bear yang aku sapa dengan panggilan kesayangan Berry yang selali setia menemaniku hingga detik ini. Yang selalu memelukku bila kerinduan ini sedang menghampiri.
         Meski semuanya begitu indah, tapi tetap saja permasalahan itu pasti ada. Saat sifatnya yang selalu mengungkit - ngungkit mantan. Jujur aku paling tidak suka dengan sikap seperti itu. Sekarang hubungan yang ada adalah antara kau dan aku. Tak usah mengungkit cerita masa lalu yang jika itu hanya membuat permasalahan diantara kita. Setelah permaslahan ini selesai, sifatnya yang terlalu over protektif dan childish itupun muncul.
        Aku tahu ini adalah bentuk ungkapan kasih sayang dan kepeduliannya padaku. Tapi jika itu berlebihan, jujur aku juga tak menyukainya. Karna seolah - olah aku tidak diberi kepercayaan olehnya. Bagiku saling mempercayai adalah kunci suatu hubungan. Jika aku selalu dicurigai dengan siapa dan dimana, mengapa aku belum pulang pulang dan segala macamnya, itu sama saja dia tidak mempercayai aku sebagai kekasihnya. Padahal disini, aku tidak pernah melakukan aktifitas apapun kecuali kuliah, berkumpul dengan teman - teman yang semuana cewek, dan kemudian pulang.  Bahkan untuk ikut organisasi HIMA pun tak ku lakukan hanya untuk bisa selalu ada waktu dengannya. Tapi semua yang aku lakukan seolah - olah dia tak percaya, n sering kali curiga. Bagaimana aku tak lelah dan kesal, jika selama ini aku selalu melakukan hal yang benar dan berkorban untuk dia, namun dianya tetap saja mencurigai aku ? Bukannya sebagai wanita kau juga tidak suka untuk terlalu dikekang ?
        Genggamlah kekasihmu sama seperti layaknya kau menggenggam pasir. Jika kau menggenggam pasir itu begitu erat, secara perlahan dia akan keluar deari genggaman tanganmu itu. Tapi saat kau menggenggamnya dengan lembut, tenang dan yakin, pasir itu akan selalu tetap ada ditanganmu. Dan karena genggaman yang terlalu erat itulah, yang akhirnya juga membuatku lelah dengan hubungan ini.
       Banyak kisah yang pahit, banyak kisah yang indah juga terurai didalamnya. Bagaimana semangat yang diberikannya untukku agar bisa mengejar impianku sebagai penulis. Di Padang, mungkin terlalu sulit bagiku untuk menemukan penerbit yang bisa menerbitkan novelku. Terakhir aku hanya bisa menerbitkan cerpenku saja di koran Padang. Untuk itu, Jakarta pasti sudah menjadi tempat utama jika ingin novelku bisa terbit.
    Dialah yang selalu dengan setia, membaca ceritaku, melawan terik matahari mencari alamat penerbit yang belum pernah ia kunjungi daerahnya. Bertanya dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengantarkan novelku. Keluar dari Kotanya Jakarta Timur menuju Kota Jakarta lainnya untuk memberikan novelku. Perjuangan cinta yang nggak akan pernah aku lupakan.
     Saat penerbit yang satu terlalu lama untuk memberikan jawabannya, yaitu Puspa Swara. Saat itulah dia mencoba pergi ke gagas Media atas usulan Tutornya di bimbelnya setelah membaca ceritaku " Circle In Love ". Karna dinilainya bagus dan bisa diterbitkan, tutornya mengusulkan untuk pergi ke Gagas Media. Dan hal itupun kembali dilakukannya. Pencarian alamat dibawah sinar mataharipun kembali ia lakukan demi aku. 
      Tapi sayang, aku terlalu ceroboh saat mengirimkannya. Banyak tulisan yang salah ketik tidak aku perhatikan dan edit kembali, dan itu tidak boleh saat kau mengajukan ceritamu ke penerbit. Dan sebuah keterlambatan lainnya, setelah novelku diantar ke penerbit Gagas Media, ternyata aku menemukan judul yang sama di toko buku Gramedia. Dan aku sama sekali tidak mengetahuinya. Meskipun isinya berbeda, tapi judul yang sama tetaplah menjadi salah satu penghambatnya, 
     Dan akhirnya perbaikan itu mesti harus dilakukan. Sempat terpuruk dan terpukul, meski Gagas Media tidak menutupi peluangnya untuk tetap bekerja sama dengan cerita - ceritaku. Dan semangat dialah, motivasi dia untuk selalu membuatku tersenyum. Adalah obat yang bisa menguatkanku. Dan dia kembali mengunjungi Puspa Swara yang belum memberikan jawabannya itu, ternyata Puspa Swara bilang dia menunda karena memang untuk beberapa bulan ini dia masih memfokuskan diri untuk penerbitan buku, belum novel. Ya, memang akhir - akhir ini aku jarang melihat novel yang terbitan dari Puspa Swara, umumnya aku melihat dari gagas media ataupun gramedia. Jadi aku bisa memaklumi hal itu.
      Tapi seiring waktu berjalan, dua masalah sebelumnya itupun juga belum bisa hilang. Masalah dengan bundanya dan sifat over protektifnya itu. Bundanya yang masih saja belum bisa menerima kehadiranku dengan baik. Ujian Nasionalnya semakin dekat menghampiri dia yang memang setahun lebih muda dariku. Aku selalu membimbing dia, mengajaknya untuk belajar, selalu menyemangati dia untuk hadapi ujian nasional dan snmptn. Dan ibadah bersamapun tak lupa kita lakukan setiap waktu. Tapi lagi - lagi aku selalu salah dimata Bundanya. 
       Seringnya waktu kita telvonan, menjadi masalah yang besar buat bundanya. Dan itupun aku yang dianggap sebagai masalahnya yang membuat anaknya harus selalu menelvon aku seperti itu. Padahal itu, anaknya sendiri yang menginginkan itu. Kadang aku juga sering mengingatkannya dan berusaha membatasi jadwal telvonan ini. Tapi anaknya yang tak mau. Dengan alasan...
        " Kita sudah dibatasi jarak, aku nggak mau lagi kalau telvonan kita juga dibatasi."
       Telvonan kita pun bukan telvon yang sembarangan saja. telvonan kita juga diisi dengan pelajaran bagaimana aku membimbing dia, tentang pelajaran - pelajaran ujian nasional dan snmptn. Tujuan kami juga belajar. Tapi entah mengapa aku selalu dianggap salah oleh bundanya.
       " Sebentar lagi Heri mau menghadapi ujian nasional, jangan kamu telvon terus, pagi siang malam, terus - terusan nggak tau waktu."  Adalah bentuk salah satu sms Bundanya yang cukup membuatku terhenyak dalam kesakitan yang luar biasa. Lagi - lagi aku yang disalahkan. Aku hanya ingin membahagiakan anaknya dan membuat dia semangat kembali untuk tetap terus belajar dan menggapai impiannya. tapi mengapa seolah - olah aku selalu jadi masalah dimata Bundanya ? Inilah hal UTAMA yang membuat aku tidak kuat untuk menjalani hubungan ini lagi.
        Aku inginkan hubungan yang serius. Inginkan hubungan yang tak main - main lagi. Kalau dari awal, Bundanya sudah bersikap dingin seperti ini padaku, bagaimana dengan kehidupan kelak nanti ? Maafkan aku, jika akhirnya aku tak sanggup lagi menjalani hubungan denganmu untuk seterusnya.
        Saat menerima sms itu, aku sudah mulai lelah untuk bertahan. Rasanya ingin saja mengakhir hubungan ini. Belum jarak yang tak jua mempertemukan kita, belum lagi sifatnya yang over protektif itu yang membuatku terdiam dalam kesedihan. Tapi lagi - lagi kuurungkan niatku demi Dia. Demi kasih sayang dan cintaku yang masih ada untuknya. Cinta dan Kasih sayang yang ingin melihat dia sukses, melihat dia lulus dengan nilai yang membanggakan. Melihat dia diterima diperguruan tinggi yang dia inginkan. Dan aku tak mau untuk membuat dia terpuruk dan tidak konsentrasi dengan sekolahnya saat aku meninggalkan dia nanti.
        Luka dan perih yang aku rasakan karena permasalahan yang aku sebutkan diatas, sejenak aku lupakan dan menahannya kembali untuk ditutup rapat - rapat dengan senyumanku yang mungkin terlihat hambar. Aku selalu temani dia, beri dia semangat untuk gapai cita - citanya. Hanya itu satu tujuanku sekarang. Tapi kembali, saat aku selalu memberikan semangat untuk anaknya, sms itu datang lagi yang seolah - olah selalu aku yang salah.
      Tiap malam aku hanya bisa menangis didalam hati. Menangis dibalik layar handphone yang menutupi antara diriku dan dirinya. Mungkin didepannya aku berusaha seolah - olah tidak terjadi apa - apa, padahal air mata ini selalu teteskan perih yang tersimpan karena luka itu. 
       Selain nasehat sahabat - sahabatku di Ladies, Sarah dan Yasmin. Aku juga banyak mendengarkan nasehat dari kakakku lainnya Tapi terkadang aku juga perlu nasehat tentang bagaimana seharusnya aku bersikap lagi jika dinilai dari pendapat laki - laki. Dan sayangnya, abang kandungku bukanlah pendengar yang baik untuk percintaan seperti ini. Dia orangnya cuek, dan lebih suka memerhatikan dari belakang saja. Saat ada temannya yang mulai aku kenal dengan baik, dan dia benar - benar real aku anggap abang. Tak ada perasaaan apapun padanya. Selain meminta bagaimana seharusnya aku bersikap atas permasalahan ini. Dan dia memberikanku saran, selama aku masih bisa bertahan mengapa harus melepaskannya. Suatu saat nanti jika semuanya hilang, semuanya akan baru terasa bagaimana sebenarnya kamu sangat butuhkan dia. Jadi pikirkan baik - baik, jangan salah mengambil keputusan. 
      Dia benar - benar aku anggap sebagai abang. Tak ada perasaan apapun diantara kita. Tapi aku tak menyangka, justru hal ini dianggap sumber permasalahan bagi dia yang sangat kusayang itu, Heri. Dia mengganggap bahwa inilah hal yang menyebabkan aku ingin putus dengannya. Ini sama sekali tidak benar, sebelumnya aku juga sudah terlalu lelah untuk berusaha menahan rasa sakitku. Dan dia hanyalah orang yang sekedar singgah untuk memberikan saran dalam hubungan kita. Setelah itupun, tak ada hubungan lagi dengannya.
      Setelah Heri lulus ujian nasional, permasalahan semakin berlanjut. Ketidakcocokan diantara kita semakin nyata. Dan semuanya seolah - olah lagi - lagi aku yang salah. Karena adanya orang yang dia anggap sebagai orang ketiga itu. Padahal tidak sama sekali. Aku dan dia tidak ada hubungan apa - apa. Permasalahan yang kian hari terus membaluti, pertengkaran yang selalu ada, ketidakcocokan dan tangisa yang selalu menghiasi hubungan ini, membuatku benar - benar tak mampu lagi untuk bertahan.
     Setelah setahun empat bulan itu berlalu, akhirnya aku memutuskan untuk sendiri. Sendiri untuk mencoba tenangkan hati ini. Bukan sengaja untuk mencari yang baru atau apalah, tapi hanya untuk sembuhkan luka dihati ini. Luka yang selama ini terjadi dalam hubungan kita. Tak semudah itu untuk cepat move on dari kisah yang begitu berarti untukku. Semuanya butuh proses dan waktu, terutama untuk sembuhkan hati ini.
     Kini tepat ditanggal 12 lagi. Jika hubungan ini masih berjalan dengan baik, mungkin sudah setahun tujuh bulan aku dengannya. Tapi sayang, jarak dan terutama permasalahan yang ada tak bisa untuk dihindari lagi. Hubungan ini harus rela berakhir. Dan aku yakin, jika suatu saat dia memang terbaik untukku, dia pasti akan dipertemukan lagi dengan sendirinya oleh Tuhan Yang Maha Esa kehadapanku. Percayalah dengan kekuatan cinta sejati.
            
And That's All about My Love Story.

Jika dalam cintamu, hatimu lebih sering terluka daripada digembirakannya,
Maka Lepaskanlah dia dari genggaman penuh khawatirmu
Jika dia Memang Cinta Sejatimu
Dia akan kembali sebagai belahan jiwa yang memuliakanmu
Tapi jika dia tak pernah kembali
Maka memang dari awal dia tak pernah direncanakan bagimu
Hapuslah sedihmu, indahkanlah dirimu
Dan harumkanlah ruang tamu dihatimu
By : Mario Teguh



Thanks for This love:


Tria Dara Andiza & Suheriadi Zander :)

        

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates